Buddhayana dan Agama Buddha Indonesia

Banyak orang yang masih tidak bisa membedakan antara Buddhayana dan Agama Buddha Indonesia. Bahkan mereka mendegradasi semangat universal Buddhayana dengan menyatakan Buddhayana hanya ada di Indonesia. Tulisan singkat di bawah ini semoga bisa membantu menjelaskan kaitan Buddhayana dengan Agama Buddha Indonesia, sekaligus menunjukkan perbedaannya.

Buddhayana adalah istilah yang dicetuskan oleh Y.A. Buddhadasa Bhikkhu untuk menunjukkan Agama Buddha Awal atau Agama Buddha Asali atau Agama Buddha Inti.

Gerakan Buddhayana berhasil mempersatukan berbagai corak Agama Buddha yang berkembang belakangan, tentunya yang masih mengandung Agama Buddha Inti, terutama di Barat dan Indonesia.

Agama Buddha masa kini memang beragam dalam tampilan, bahkan di setiap negara punya identitas tersendiri. Oleh karena itu untuk bersatu menjadi kuat yang perlu diutamakan adalah Agama Buddha Inti.

Agama Buddha Indonesia sesungguhnya adalah Agama Buddha yang telah membumi di Indonesia. Di masa lalu sudah pernah ada Agama Buddha Indonesia. Dan saat ini kembali sedang dalam proses membumi. Jadi kita masih sedang menuju Agama Buddha Indonesia. Tentunya corak Agama Buddha Indonesia masa kini tidak akan sama dengan Agama Buddha Indonesia masa lampau.

Agama Buddha Indonesia mesti berlandaskan Buddhayana (Agama Buddha Inti), meski diperkaya metode-metode yang membumi termasuk dalam hal penggunaan istilah. Esensial namun kontektual, inti namun membumi.

Dalam hal penggunaan istilah kita beruntung bisa menggali dari Agama Buddha Indonesia masa lampau.

Tentunya bagi para praktisi istilah “Adi Buddha” (Dharmakaya Yang Maha Esa) yang diagungkan dalam Agama Buddha Indonesia masa lalu, tidaklah berbeda dengan “Dharma” dalam Agama Buddha Inti.

Agama Buddha Indonesia yang bertujuan membumi juga dibangun dengan keberpihakan ke umat awam. Oleh karena itu dalam penulisan istilah, di samping kadang menggunakan tanda diakritik Pali dan Sanskrit, juga di-indonesia-kan agar pembacaannya lebih mudah dan tepat. Apalagi mengingat Pali asalnya adalah bahasa lisan, bukan bahasa tulisan. Jadi pengucapan yang tepat lebih penting daripada penulisan.