Tahun 1994 Sagin dan MBI dikeluarkan dari Walubi. Tahun 1998 setelah Orde Baru jatuh dan terjadi Reformasi di NKRI, Sagin dan MBI diterima kembali oleh Walubi, sekaligus dipulihkan nama baiknya. Setelah itu Walubi (Perwalian Umat Buddha Indonesia) segera membubarkan diri. Selanjutnya muncul KASI dan Walubi baru (Perwakilan Umat Buddha Indonesia).
Salah satu tuduhan terhadap Sagin dan MBI ketika dikeluarkan dari Walubi adalah “menjadi Walubi dalam Walubi”. Tuduhan yang aneh, karena bukankah Sagin-MBI hadir lebih dulu dan jauh lebih tua daripada Walubi? Jadi, siapa yang meniru siapa? Tapi benarkah Sagin-MBI itu mirip Walubi? Sekilas mungkin demikian, karena sama-sama wadah persatuan dari berbagai sekte.
Bedanya, Walubi sebagai wadah federasi hanya terbatas pada harmoni-pasif. Sedangkan Sagin-MBI sebagai wadah kesatuan memiliki harmoni-aktif. Sagin-MBI memiliki semangat non-sektarian, menerima keberadaan sekte tetapi menolak sikap sektarian. Jadi di Sagin-MBI memang tidak terjadi pemilahan yang tegas antara Therawada dan Mahayana. Sesuai lirik Mars Buddhayana, “Dharma sesungguhnya hanya satu, tak mendua ….”
Namun tentu saja setiap wihara/perguruan dalam Sagin tetap dibolehkan memiliki jati-dirinya masing-masing. Atau dominan metode Therawada atau dominan metode Mahayana atau keberimbangan metode Therawada dan metode Mahayana. Atau dominan ritual puja-bhakti atau dominan kelas Dharma atau dominan pelatihan meditasi. Jadi realita kebinekaan yang ada bukanlah antara Therawada dan Mahayana, tetapi antara berbagai perguruan yang ada di akar rumput terutama dalam upaya masing-masing untuk membumi.