Menjaga Wibawa Wadah Monastik dan Wadah Pandita


Umumnya dalam agama Buddha yang utama adalah wadah monastik. Akan tetapi karena jumlah monastik di Indonesia terbatas, maka diangkatlah pandita untuk juga membimbing di wihara. Maka selain ada wadah monastik dapat dikatakan terdapat pula wadah pandita. Baik calon monastik maupun calon pandita seyogianya didiksa oleh monastik senior yang bersedia menjadi penanggung-jawabnya

Wadah monastik biasanya menjadi berwibawa oleh karena adanya wihara-wihara berwibawa yang dipimpin para monastik senior yang berwibawa. Wibawa wadah monastik akan dapat dijaga dengan menempatkan para kepala wihara/sanggharama tersebut sebagai dewan pengarah. 

Berdasarkan arahan dari dewan pengarah, selanjutnya dewan pengurus wadah monastik dapat memberi arahan kepada dewan pengarah wadah pandita. Wibawa wadah pandita seyogianya dijaga dengan menempatkan para pandita senior sebagai dewan pengarah.

Oleh karena para monastik dan para pandita sehari-hari bertugas di akar rumput, maka dengan semakin seniornya mereka tentu mereka semakin mengetahui bimbingan yang bagaimana yang sesungguhnya diperlukan di akar rumput. Memadukan senior sebagai pengarah dan junior sebagai pelaksana sangat tepat. Namun dibutuhkan pula bantuan yayasan-yayasan skala nasional untuk mendukung dalam pelaksanaan bidang-bidang tertentu. 

Dengan menggunakan tenaga-tenaga profesional purna-waktu, masing-masing yayasan ini akan fokus menangani bidang-bidang khusus seperti: diklat, baksos, medkom, pendidikan formal, penerbitan buku, dsb. Bisa jadi awalnya yayasan-yayasan ini hanya menjadikan salah satu wihara atau salah satu provinsi sebagai pilot project, baru setelah sukses kemudian dikembangkan ke seluruh Indonesia.

Jika ada beberapa yayasan dengan bidang kegiatan sejenis, maka tentu dapat diselenggarakan pertemuan untuk saling asih saling asah saling asuh. Berbagi pengalaman masing-masing untuk bersama-sama maju. Yang lebih kuat juga dapat membantu yang belum kuat.

Akhirnya, wadah monastik yang didampingi wadah pandita mesti memahami dengan jelas kegiatan-kegiatan apa saja yang lebih tepat untuk dilaksanakan sendiri oleh wadah monastik dan wadah pandita, dan kegiatan-kegiatan apa saja yang lebih tepat untuk didelegasikan ke yayasan. Tujuannya jelas agar semua bisa bergerak lincah, mengurangi gemuknya birokrasi.

Agar berwibawa, wadah hierarkis yang cenderung top-down mensyaratkan pusat beserta jenjang-jenjang di bawahnya haruslah jauh lebih kuat dan lebih berpengalaman daripada akar rumput. Adapun yayasan dapat terbebas dari beban hierarki tersebut. Di era medsos, publikasi kegiatan juga sudah tidak banyak bergantung pada hierarki.